Aku bersedia menjadi gelas-gelas kopi nyang diteguk habis diantara kantuk yang tak kunjung lepas, diantara candaan teman sebaya, bahkan rapat rekan kerja. Gelas kopi yang berbahagia. Siapa sangka gelas kopi lebih merdeka. Aku menyimpan sejuta iri pada gelas kopi.
Menjadi manusia tak henti terbelit duka, padahal sudah kutumbuhkan cinta. Kupikir aku bisa mendapatkan balasan yang sama,m tapi duka, mereka hanya menebar duka. Aku iri pada gelas kopi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar