Ah! Aku sedang suka rambutmu. Elvis!
Siapa kira kamu cocok dengan potongan ini. aku makin sering curi pandang, rambut Elvis, matamu yang menawan, perpaduan sempurna untuk disatukan. Aku mulai kehilangan kata-kata lagi. Kamu makin sulit untuk diabaikan. Mungkin aku jadi makin susah menyembunyikan perasaan.
ah! Semesta, apa yang bisa kulakukan? Aku tidak cukup berani untuk ambil resiko lalu patah hati lagi.
Biar saja aku jadi pengagumnya dari jauh. Meski aku ingin bersamanya, aku tidak cukup percaya diri untuk menyebut aku cukup menarik untuknya.
Ah, semesta! aku bisa apa?
Aku takut makin kesini degub jantungku bisa terdengar jauh sampai rumahnya.
Ah semesta! aku bisa apa?
Sedih memang bila cinta bertepuk hanya dengan sebelah tangan, yang kudapat hanya tepukan angin belaka. Aku takut aku terlalu percaya diri dalam menyukainya.
Jangan biarkan ia jauh dariku, semesta.
Bilang padanya aku suka. Aku sampai menangis saat aku bilang suka, tapi selalu tak bisa didepannya. Karena rasa, selamanya hanya boleh kusimpan dalam dada.
Semesta, cukup sampaikan aku sungguh suka padanya. Pada pandangan matanya, pada jelmaan Alvis Presley dirambutnya.
Semesta, aku menyukainya!!
Selasa, 10 September 2013
Kamis, 05 September 2013
Kusimpan Iri pada Gelas Kopi
Aku bersedia menjadi gelas-gelas kopi nyang diteguk habis diantara kantuk yang tak kunjung lepas, diantara candaan teman sebaya, bahkan rapat rekan kerja. Gelas kopi yang berbahagia. Siapa sangka gelas kopi lebih merdeka. Aku menyimpan sejuta iri pada gelas kopi.
Menjadi manusia tak henti terbelit duka, padahal sudah kutumbuhkan cinta. Kupikir aku bisa mendapatkan balasan yang sama,m tapi duka, mereka hanya menebar duka. Aku iri pada gelas kopi.
Menjadi manusia tak henti terbelit duka, padahal sudah kutumbuhkan cinta. Kupikir aku bisa mendapatkan balasan yang sama,m tapi duka, mereka hanya menebar duka. Aku iri pada gelas kopi.
Rabu, 04 September 2013
Zaki Zamani
Setidak-istimewa apapun dia, aku hanya butuh memejamkan mata dan melihat dia dengan senyumnya yang khas. Aku cuma butuh mata kepala dan mata hati yang sepakat memandang serempak. Cinta selalu sulit dijabarkan. Seperti oleh Chairil Anwar, aku akan bersajak padanya: 'Antara kita Mati datang tak membelah'.
Ah engkau rasa, aku jadi salah tingkah. Jangankan berkata-kata, yang bisa kulakukan hanya mendengar degupan jantungku yang membahana.
Kali ini aku tak bawa cemburu ikut serta, dia kukurung dalam brangkas yang kuat dari baja. Aku jdi bebas merasa tanpa bisa cemburu buta. Aku tak berani bilang ini cinta.
O suara alam seketika merdu, apa mereka mulai mengeps nada dan lirih mengalunkannya?
Dia yang belum bisa kusebut cinta, masuk berenang-renang dalam darah dan mengetuk-ngetuk tulang rusuk. Aku gemetaran. Ku sapa matari, aku gembira Hey!
Ah engkau rasa, aku jadi salah tingkah. Jangankan berkata-kata, yang bisa kulakukan hanya mendengar degupan jantungku yang membahana.
Kali ini aku tak bawa cemburu ikut serta, dia kukurung dalam brangkas yang kuat dari baja. Aku jdi bebas merasa tanpa bisa cemburu buta. Aku tak berani bilang ini cinta.
O suara alam seketika merdu, apa mereka mulai mengeps nada dan lirih mengalunkannya?
Dia yang belum bisa kusebut cinta, masuk berenang-renang dalam darah dan mengetuk-ngetuk tulang rusuk. Aku gemetaran. Ku sapa matari, aku gembira Hey!
Aku dan Awan yang Berarak
Matahari itu adalah makcomblang saya. Dia yang mempertemukan saya dengan awan, saya bisa memandang, jatuh cinta sampai terus-terusan mengejarnya. Tanpa matahari tak mungkin kami bertemu dan saling menatap. Saking jatuhnya dalam cinta, saya coba menggapai. Mencari dakian tertinggi biar sampai padanya. Saya suka dia sendiri dan menghampiri. Tapi saya lebih suka lagi dia berarak bergerombol dn saya yang pergi mengejarnya.
Suatu hari saya bercengkerama dengan matahari, katanya saya perlu kesuatu tempat dimana ada banyak awan berkumpul. Saya kemudian diajakny kesana. Dan saya betulan jumpa awan-awan.
Sayang, kadang matahari terlalu cemburu pda kami, dia menghilang dan aku kesusahan menemui sang awan. Hanya matahari yang bisa membatuku menemuinya.
Matahari beranjak
Awan-awan buram
Mendung
Disebuah puncak gunung
Suatu hari saya bercengkerama dengan matahari, katanya saya perlu kesuatu tempat dimana ada banyak awan berkumpul. Saya kemudian diajakny kesana. Dan saya betulan jumpa awan-awan.
Sayang, kadang matahari terlalu cemburu pda kami, dia menghilang dan aku kesusahan menemui sang awan. Hanya matahari yang bisa membatuku menemuinya.
Matahari beranjak
Awan-awan buram
Mendung
Disebuah puncak gunung
Langganan:
Postingan (Atom)