Kehidupan yang sedang berjalan ini sebetulnya jauh dari
harapan dalam diriku. Banyak kejadian-kejadian yang ingin kutentang tapi
kemudian kujalani saja. Munafik memang, tapi aku terlalu lelah untuk protes,
karena pikiran orang lain berbeda denganku. Mereka menjalani seperti apa yang
sudah berjalan selama ini. Padahal menurut pandanganku itu salah.
Kadang aku muak untuk hidup. tapi menghadapi kematian akupun
takut. Banyak pergulatan terjadi dalam diriku sendiri. Barangkali dilihat orang
sebagai kegilaan. Aku bicara sendiri. Aku tak suka bicara dengan orang lain.
Karena sering buah pikirku tak dimengerti siapapun. Aku dipandang aneh dan
menentang asas social. Tapi memang begitulah kehidupan kan, hukum mencontek dan
hokum ikut-ikutan selalu menjadi tren.
Kadang aku iri pada pribadi-pribadi yang berani menentang,
dan kemudian berjalan sendiri semaunya. Tak peduli dengan apa kata orang lain.
Aku begitu. Tapi aku masih memikirkan tentang apa kata orang lain. Menjalani
kehidupan memang sulit.
Besok adalah hari dimana aku akan menjalani undangan
yudisium. Artinya sebentar lagi kehidupan lebih keji akan kuhadapi: dunia
kerja. Ini sering kudengar dari orang-orang, jadi mahasiswa itu enak. Tinggal
duduk dikelas, uang saku mengalir lancar, tak peduli studinya lancar juga atau
tidak. Yang penting senang-senang. Dan besok aku akan keluar dari zona nyaman
tersebut. Aku tak punya persiapan apa-apa. Masa studiku kuanggap nol. Begitulah
kenyataanya. Aku tak dapat apa-apa semasa kuliah kecuali cara untuk membolos
dan menghambu-hambur uang saku. aku sering dicaci pikiranku sendiri:
dibilangnya aku tak berguna. Memang.
Makin tak berguna lagi karena sampai sekarang aku tak
kepikiran untuk akan bekerja apa nantinya. Aku merasa tak sesuai dengan bidang
apapun. Aku ingin menjelajah. Tapi bagaimana mungkin bila kenyataannya aku tak
ber-uang.
Akhir-akhir ini aku sering berdiskusi dengan pikiranku. Aku
ingin tak ada kemajuan didunia ini. Tapi apalah daya, manusia selalu berpikiran
untuk sok-sok maju. Menciptakan ini itu demi kemudahan katanya. Tapi tanpa
sadar mereka menghancurkan diri sendiri, terlebih alamnya. Sayang sekali banyak
yang tak mengerti cara berkomunikasi dengan alam. Padahal dewasa ini alam
sering berang. Bencana-bencana itu bukan tanpa sebab. Itu adalah kemarahan alam
pada manusia. Sungguh sayang sekali.
Kapan orang-orang bisa berjalan kemana-mana tanpa kendaraan,
tanpa polusi? Kapan dunia kembali semuda dahulu? Mungkin pikir alam, manusia
telah membuatku seperti diri mereka: menua.
Padahal kejadian setelah tua adalah mati. apa yang akan
terjadi bila benar alam kemudian mati. sekarang ia sudah tua, dan tak ada yang
mau peduli, bahkan untuk sekedar mendengar sebentar.
Aku sering marah pada tuhan, dalam pikiranku tentu saja.
Sudahlah, bila diteruskan aku sendiri yang gila. Kan tak ada
yang sependapat dengan ku. Dengan pikiranku sendiri aku sering berdebat adu
pendapat. Dengan orang lain tentu aku akan dianggap tak waras. Sekian saja
dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar