Senin, 31 Desember 2012

best moment of 2012


Ini bukan perjalanan main-main.
21-24desember…  menjadi tanggal yang begitu bermakna sepanjang tahun 2012. Untukku.
Tawaran kawan yang mengajak saya untuk mendaki Gunung Slamet akhirnya saya iyakan. Kebetulan saya sudah free dari kampus, tidak mendapat halangan apa-apa termasuk datang bulan. Menurut saya ini sudah menjadi pertanda untuk saya mencoba mengarungi jalan ini. Mendaki gunung. Sebetulnya sudah sejak lama ada niat untuk mencoba tapi kemudian ada beberapa halangan dimana-mana yang membuat saya urung melakukannya. Kata kawan saya; takkan lari gunung dikejar; kata-kata yang kemudian saya pegang benar. Berkat kesabaran, sampai lah saya pada kesempatan untuk melakukan pendakian yang sebenarnya.
Berangkat dari Jogja tanggal 21desember pagi menuju Kutoarjo. Kebetulan saya ikut tim yang keseluruhannya ada disana. Ada beberapa kejadian yang kemudian membuat saya berpikir ulang, pertama ketinggalan kereta, berikutnya begitu pindah dari stasiun menuju terminal, dihadang hujan lebat. Membaca keadaan ini, dipikiran saya terbersit, apakah ini pertanda bahwa saya tidak boleh berangkat? Dua kali dihalangi jalannya, yang ketiga biasanya sudah dibiarkan saja, kata kawan saya. Saya kemudian minta pendapat kawan saya yang lain, tapi malah saya kemudian ditanya balik; siap gak? Sebetulnya hati saya sedikit ciut. Tapi kata dia; “ah itu Cuma mitos. Pas kebetulan aja lagi ujan, lagipula kan ini memeang musim ujan.”
Saya tanyai diri saya sendiri, dan baru kemudian memantapkan hati. Akhirnya pun saya berangkat dengan bus menuju Kutoarjo. Sampai disana tengah hari, kami packing ulang. Sekita jam 2 siang kami berangkat menuju Purwokerto. Sudah mulai gelap ketika kami sampai diterminal purwokerto, dan itu berarti tidak ada lagi angkutan menuju Bambangan, Purbalingga. Akhirnya kami dihampiri kondektur angkot, menawari kami untuk menyewa angkotnya menuju base camp pendakian. Karena katanya angkutan menuju kesana sudah tidak ada, kami harus menunggu pagi jika memang benar ingin menunggu. Tapi setelah bermufakat, kami memutuskan untuk menyewanya saja. Lumayan mahal untuk sekali jalan; 250ribu.
Jam 9 kami makan malam, dan kemudian tidur, menunggu esok pagi untuk memulai pendakian.
Jam 3pagi kami bangun untuk bersiap-siap, dan packing ulang. Barang-barang yang tidak perlu ditinggalkan di basecamp supaya mengurangi beban isi carrier. Dan pada jam itu sudah banyak para pendaki lain yang mulai berdatangan. Katanya ada yang naik truk sayur dan membayar 15ribu per orang.
Tim saya siap prepare jam 5 pagi. Kemudian kami bersiap memulai pendakian. Tapi akhirnya urung karena hujan kembali turun. Kami menunggu sekitar 2 jam. Barulah pada pukul 7 kami benar-benar memulai perjalanan.
Itu benar-benar menjadi pagi yang indah bagi saya. Udara yang sejuk segar, meskipun saya sampai menggigil kedinginan, tapi kesegarannya membuat saya mengabaikan rasa dingin yang menusuk. Saya dan tim sempat berfoto digapura jalur pendakian.
Semuanya mendaki dengan ceria, saya mendapat tim yang kompak. Dan itu sangat membahagiakan. J
Perjalanan kami agak terhambat oleh jalur yang agak kabur. Kami akhirnya mengikuti jalan air. Sampai pada akhirnya sekitar pukul 10 masing-masing dari kami menyadari kalau kami telah tersesat. Logika pertama, sebelum kami sudah ada rombongan pendaki yang memulia perjalanan, dan kami menyusul tidak terlalu lama dari mereka, tapi kami kemudian tidak menemukan jejak mereka. Logika kedua, jalan yang kami ambil benar-benar tinggal jalan air, sama sekali tidak terlihat sebagai jalur pendakian yang sering dilalui orang. Logika kedua, diseputaran jalan yang kami ambil masih penuh semak belukar hingga kami harus membabatnya dengan parang.
Akhirnya diputuskan untuk kembali turun, mencari jalur yang benar.
Salah satu anggota tim saya ketemu bapak-bapak penduduk setempat yang sedang menyadap getah pinus, beliau berbaik hati mengantarkan kami ke jalur pendakian. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar